Monday, August 12, 2019

Ibadah Pagi M. Stephen Lett: Kejarlah Kasih (1 Yohanes 3:18)

Ayat harian dan komentar dari
Menara Pengawal hari ini menganjurkan kita untuk berupaya
menunjukkan kasih kepada orang lain, terutama kepada
saudara-saudari kita. Jadi, mari kita bahas tema:
”Kejarlah Kasih”. Ungkapan ini muncul tiga kali di dalam Alkitab. Mengapa kata ’kejar’ sangat cocok? Karena ini artinya, berlari untuk
menyusul atau menangkap. Ini bisa digambarkan seperti seorang
anak kecil yang mengejar seekor kupu-kupu. Dia berlari untuk menyusul dan
berusaha keras untuk menangkapnya. Nah, apa yang kupu-kupu itu lakukan? Kupu-kupunya terbang menjauh. Kalau kita renungkan, sebenarnya
kasih mirip dengan kupu-kupu itu. Kasih seperti berusaha menjauh dari
kita, jadi kita perlu mengejarnya. Tapi, mengapa? Alasan utamanya adalah karena kita
mewarisi ketidaksempurnaan. Kejadian 1 ayat 27 mengatakan
bahwa Adam diciptakan mirip dengan Yehuwa. Adam bisa mencerminkan Yehuwa
dan sifat-sifat-Nya dengan sempurna. Tapi waktu Adam berdosa,
dia menjadi tidak sempurna. Dia tidak lagi bisa mencerminkan
Yehuwa dan sifat-sifat Allah secara sempurna. Ini bisa digambarkan seperti cermin yang menipu. Cermin seperti itu bisa membuat kita
kelihatan sangat tinggi, sangat pendek, sangat gemuk, atau sangat kurus. Nah, seperti itu juga, Adam menjadi
cerminan yang tidak sempurna dari Yehuwa dan sifat-sifat-Nya. Kita pun mewarisi ketidaksempurnaan itu. Kita harus mengejar kasih karena kita
tidak bisa mencerminkan Yehuwa dengan sempurna. Tapi sekarang coba Saudara pikirkan, apakah Yehuwa perlu mengejar kasih? Pertanyaan yang sulit ya. Apakah Yehuwa seolah-olah perlu
menangkap kasih? Tidak. 1 Yohanes 4:8 berkata, ”Allah adalah kasih.” Yehuwa tidak perlu berjuang untuk
menunjukkan kasih. Dia bisa melakukannya dengan mudah. Yehuwa seperti memancarkan kasih. Tapi kita berbeda. Karena tidak sempurna, kasih bukan
lagi sifat bawaan kita. Itu sesuatu yang harus kita kejar. Nah sekarang pertanyaannya,
bagaimana kita bisa mengejar kasih? Jawabannya ada di seluruh Alkitab, tapi khususnya di 1 Korintus 13 ayat 4-8. Lima ayat ini menjelaskan 16 cara
untuk menunjukkan kasih. Ada 9 hal yang tidak boleh kita
lakukan dan 7 hal yang harus dilakukan. Kalau kita perhatikan 16 hal ini, kita
akan mengerti bagaimana caranya menunjukkan
kasih dengan benar. Kita tidak akan merasa bingung atau
punya pengertian yang salah tentang cara melakukannya. Sekarang, kita akan membahas apa saja yang tidak akan dilakukan
oleh orang yang memiliki kasih. Pertama, ”orang yang punya kasih itu ... tidak iri hati.” Catatan kakinya, tidak cemburu. Di Alkitab, kata cemburu punya
makna yang baik dan yang buruk. Kalau maknanya baik, itu memaksudkan semangat. Tapi tentu di sini, Yehuwa
menggunakan kata cemburu yang maknanya buruk, yaitu rasa iri. Orang yang iri tidak senang kalau
orang lain menikmati hal baik. Ini lebih buruk daripada kemarahan. Kemarahan bisa tiba-tiba muncul dan
bisa cepat hilang. Sebaliknya, perasaan iri bisa berurat
berakar untuk waktu yang lama. Di Amsal 14:30 rasa iri bisa
seolah-olah masuk sampai ke tulang. Nah, bagaimana kita bisa menghindari rasa iri dan mengejar kasih meskipun itu tidak mudah? Kita perlu berdoa meminta bantuan
Yehuwa dan melakukan apa yang dicatat di Roma pasal 12. Mari baca bersama apa yang Yehuwa
katakan di ayat 15, ”Bergembiralah bersama orang yang bergembira, dan menangislah bersama orang
yang menangis.” Coba pikirkan mana yang lebih sulit. Biasanya, mudah ya untuk menangis
bersama orang yang menangis? Mungkin ada yang baru tahu dia sakit
kanker, atau orang yang dia sayangi meninggal. Kita ikut sedih. Tapi, kadang sulit untuk bergembira
bersama orang yang bergembira. Mereka mungkin menerima atau
mengalami suatu hal yang baik. Tapi kita tidak. Sebagai contoh, ada seorang penatua
yang sangat senang karena dia diberi sebuah tugas di
kebaktian regional. Kita sudah lama ingin mendapat
tugas itu, tapi kita tidak menerimanya. Apakah kita akan bergembira
bersama saudara kita yang sedang bergembira ini? Dan, bukan hanya pura-pura bahagia
padahal dalam hati kita iri. Dengan bantuan Yehuwa, kita bisa
benar-benar bergembira bersama dia. Kita bisa berupaya mengubah sikap kita. Sebenarnya, satu-satunya perasaan
yang lebih kuat daripada iri hati adalah kasih. Kita bisa hancurkan perasaan iri dengan kasih. Selanjutnya, ”orang yang punya
kasih ... tidak membanggakan diri.” Kalau kita mengejar kasih, kita akan
berupaya keras untuk tidak meninggikan diri kita
waktu berbicara. Kita tidak akan sering menggunakan
kata ”saya” atau ”aku” Kita tidak mau menganggap diri kita terlalu penting. Jadi kita mengarahkan perhatian
kepada orang lain dan terutama kepada Allah kita, Yehuwa. Lalu, ”orang yang punya kasih...
tidak menjadi sombong.” Ini ada hubungannya dengan membanggakan diri. Karena biasanya orang yang
sombong suka membanggakan diri, kan? Tapi menurut Saudara, apakah mungkin menjadi sombong
tapi tidak membanggakan diri? Ya! Kita bisa menganggap diri kita terlalu penting tapi tidak menunjukkannya lewat
kata-kata atau tindakan kita. Tapi mengapa sikap ini juga tidak pengasih? Karena orang lain bisa merasakannya. Sikap itu akan tetap kelihatan dengan
satu atau lain cara. Dan ini tidak membangun tapi
menjatuhkan orang lain. Yehuwa bisa lihat sikap itu dalam hati kita dan Dia tidak akan memberkati kita. Jadi, ini yang Yehuwa ingin kita lakukan. Mari kita baca Roma pasal 12, kali ini ayat yang ketiga. Yehuwa mengatakan,
”Saya memberi tahu kalian semua agar tidak menilai diri kalian lebih
tinggi daripada yang sebenarnya.” Jadi Yehuwa berkata bahwa kita
bahkan tidak boleh menilai atau berpikir seperti itu tentang diri
kita sendiri. Kita harus rendah hati. Berikutnya, ”orang yang punya
kasih ... tidak berlaku tidak sopan.” Nah, ada perbuatan tidak sopan yang
parah, misalnya perbuatan cabul. Tapi ada juga yang tidak terlalu parah, misalnya kurang sopan santun. Kita pasti tidak mau bersikap
kurang sopan, bukan? Terutama sebagai anggota Betel, kita
mau menunjukkan sopan santun dengan sering mengucapkan kata
”terima kasih” dan ”tolong”. Kita juga membukakan pintu untuk orang lain, selain itu kita bisa membiarkan
orang lain memilih lebih dulu. Kalau kita bertemu dengan saudara-saudari kita di lorong, kita menyapa mereka dengan hangat. Kita tidak mau terlalu sibuk dengan
alat elektronik kita. Jadi kita bersikap sopan waktu
berhubungan dengan mereka. Kemudian, ”orang yang punya kasih ... tidak cepat marah.” Nah, misalnya, kita sedang menyetir mobil. Saat lampu lalu lintasnya merah, kita berhenti. Begitu lampunya hijau, orang di
belakang kita membunyikan klakson, dan menyuruh kita cepat maju. Apakah ini membuat kita jadi marah? Apakah kita malah sengaja
berlambat-lambat untuk membalas orang itu? Ingatlah, orang yang punya kasih
tidak cepat marah. Satu hal lagi, ”orang yang punya
kasih ... tidak menyimpan kekesalan.” Apakah ini artinya kita harus
benar-benar melupakan hal buruk yang orang lain lakukan kepada kita? Tidak. Catatan kaki ayat itu menulis, kita ”tidak mencatat kerugian.” Jadi kita seolah-olah menghapus
utang mereka kepada kita. Kita mungkin ingat apa yang mereka lakukan, tapi dalam hati, kita sudah memaafkan. Kita sudah hapus utangnya. Kita sudah bahas 6 cara untuk
menunjukkan kasih. Nah, ada PR untuk Saudara. Silakan cari tahu lebih banyak
tentang 10 hal sisanya. Tapi jelas, kita memang harus
mengejar kasih. Semua cara untuk menunjukkan
kasih yang tadi kita bahas tidak mudah untuk dilakukan. Seperti kupu-kupu tadi berusaha
menjauh dari anak kecil, kasih berusaha menjauh dari kita. Tapi dengan bantuan Yehuwa, kita bisa mengejarnya. Kita harus terus lakukan itu. Sampai kapan? Sampai kita menjadi sempurna dan
tidak perlu lagi mengejar kasih. Seperti Yehuwa dan Yesus, kita bisa
menunjukkan kasih dengan mudah. Tapi sampai itu terjadi, 1 Korintus 13: 4-8 menunjukkan
caranya kita bisa mengejar kasih.

No comments:

Post a Comment