Wednesday, August 28, 2019

Video/audio editing related

How to remove vocal from a music/song VIDEO ?
Extract audio first using VLC :
then use solution described on this video :

How remove echo from mkv video file
- Extract audio component using MKVToolNix
- Remove echo from extracted audio using Audacity: Remove vocals to mono
  (export audio to mp3)
- Merge back mp3 to original mkv using MKVToolNix (uncheck original audio sub component)
Note: audio from resulted mkv can be heard when played with VLC but not when using Windows player

How to Remove Noise in Audacity

Can't change output device :
Why won't it let me change the sound output device on Audacity?  July 8, 2016
You need to stop it completely
where it says "MME", try selecting a different option, and then selecting the headphone output.

(2016) Can we determine original "Sales Line"."Shipment Date" after Sales Order got fully posted ?

from Planned Shipment Date Field [on Sales Shipment Line table] :
The program copies the contents of this field from the Planned Shipment Date field in the Sales Line table.

and from dates relate to sales order :
Shipment Date + Outbound Whse. Handling Time = Planned Shipment Date
* Outbound Whse. Handling Time can be found on Location card

we can conclude that user inputted (original) "Shipment Date" can be determined by substracting Outbound Whse. Handling Time from "Sales Shipment Line"."Planned Shipment Date"



Terkait :
Penjelasan tentang tanggal-tanggal yang ada di Sales Order.

UPDATE
Bila log modification utk [Sales Line].[Shipment Date] aktif, paling gampang ya lihat Change Log !






Thursday, August 15, 2019

ffmpeg related

AWB to MP3 :
ffmpeg -i amr-wb.amr amr-wb.mp3

Merge/join/concatenate multiple mp4 video files: ffmpeg concat command error
example: ffmpeg -f concat -safe 0 -i concat.txt -c copy concat.mp4
the file names in the list have to be specially formatted to look like:
file '/path/to/file1.wav' (doesn't accept spaces and double quotes!)

Convert .3gpp file to .mp3
ffmpeg -i recording.3gpp output.mp3

ffmpeg -i concat.mp4 -vn -ac 2 -ar 44100 -ab 320k -f mp3 concat.mp3

Combine mp3 with mp4 :
ffmpeg -i video.mp4 -i genaudio.mp3 -map 0:v -map 1:a -c:v copy -c:a copy output.mp4 -y
Combine audio (.mp3) file with still image :
ffmpeg -i "concat.mp3" -f image2 -loop 1 -r 2 -i "static.jpeg" -shortest -c:a copy -c:v libx264 -vf "pad=ceil(iw/2)*2:ceil(ih/2)*2" -crf 23 -preset veryfast static.mp4
References :
Join Audio and Image -> Output as Video using FFmpeg
FFMPEG (libx264) “height not divisible by 2”
Alternatif syntax dari openAI :
ffmpeg -loop 1 -i "C:\image.jpg" -i "c:\audio.mp3" -c:a copy -c:v libx264 -shortest static.mp4

Easier to use:
One Image Music Video
Free web service to combine one image with one audio (MP3) file to make a MP4 video.
(HAVEN'T TRIED IT YET): TOVID.IO
Convert mp3 and image to video online and publish to YouTube or download

Related:
Create image file to be merged: CONVERT TEXT TO IMAGE

Monday, August 12, 2019

Ibadah Pagi M. Stephen Lett: Kejarlah Kasih (1 Yohanes 3:18)

Ayat harian dan komentar dari
Menara Pengawal hari ini menganjurkan kita untuk berupaya
menunjukkan kasih kepada orang lain, terutama kepada
saudara-saudari kita. Jadi, mari kita bahas tema:
”Kejarlah Kasih”. Ungkapan ini muncul tiga kali di dalam Alkitab. Mengapa kata ’kejar’ sangat cocok? Karena ini artinya, berlari untuk
menyusul atau menangkap. Ini bisa digambarkan seperti seorang
anak kecil yang mengejar seekor kupu-kupu. Dia berlari untuk menyusul dan
berusaha keras untuk menangkapnya. Nah, apa yang kupu-kupu itu lakukan? Kupu-kupunya terbang menjauh. Kalau kita renungkan, sebenarnya
kasih mirip dengan kupu-kupu itu. Kasih seperti berusaha menjauh dari
kita, jadi kita perlu mengejarnya. Tapi, mengapa? Alasan utamanya adalah karena kita
mewarisi ketidaksempurnaan. Kejadian 1 ayat 27 mengatakan
bahwa Adam diciptakan mirip dengan Yehuwa. Adam bisa mencerminkan Yehuwa
dan sifat-sifat-Nya dengan sempurna. Tapi waktu Adam berdosa,
dia menjadi tidak sempurna. Dia tidak lagi bisa mencerminkan
Yehuwa dan sifat-sifat Allah secara sempurna. Ini bisa digambarkan seperti cermin yang menipu. Cermin seperti itu bisa membuat kita
kelihatan sangat tinggi, sangat pendek, sangat gemuk, atau sangat kurus. Nah, seperti itu juga, Adam menjadi
cerminan yang tidak sempurna dari Yehuwa dan sifat-sifat-Nya. Kita pun mewarisi ketidaksempurnaan itu. Kita harus mengejar kasih karena kita
tidak bisa mencerminkan Yehuwa dengan sempurna. Tapi sekarang coba Saudara pikirkan, apakah Yehuwa perlu mengejar kasih? Pertanyaan yang sulit ya. Apakah Yehuwa seolah-olah perlu
menangkap kasih? Tidak. 1 Yohanes 4:8 berkata, ”Allah adalah kasih.” Yehuwa tidak perlu berjuang untuk
menunjukkan kasih. Dia bisa melakukannya dengan mudah. Yehuwa seperti memancarkan kasih. Tapi kita berbeda. Karena tidak sempurna, kasih bukan
lagi sifat bawaan kita. Itu sesuatu yang harus kita kejar. Nah sekarang pertanyaannya,
bagaimana kita bisa mengejar kasih? Jawabannya ada di seluruh Alkitab, tapi khususnya di 1 Korintus 13 ayat 4-8. Lima ayat ini menjelaskan 16 cara
untuk menunjukkan kasih. Ada 9 hal yang tidak boleh kita
lakukan dan 7 hal yang harus dilakukan. Kalau kita perhatikan 16 hal ini, kita
akan mengerti bagaimana caranya menunjukkan
kasih dengan benar. Kita tidak akan merasa bingung atau
punya pengertian yang salah tentang cara melakukannya. Sekarang, kita akan membahas apa saja yang tidak akan dilakukan
oleh orang yang memiliki kasih. Pertama, ”orang yang punya kasih itu ... tidak iri hati.” Catatan kakinya, tidak cemburu. Di Alkitab, kata cemburu punya
makna yang baik dan yang buruk. Kalau maknanya baik, itu memaksudkan semangat. Tapi tentu di sini, Yehuwa
menggunakan kata cemburu yang maknanya buruk, yaitu rasa iri. Orang yang iri tidak senang kalau
orang lain menikmati hal baik. Ini lebih buruk daripada kemarahan. Kemarahan bisa tiba-tiba muncul dan
bisa cepat hilang. Sebaliknya, perasaan iri bisa berurat
berakar untuk waktu yang lama. Di Amsal 14:30 rasa iri bisa
seolah-olah masuk sampai ke tulang. Nah, bagaimana kita bisa menghindari rasa iri dan mengejar kasih meskipun itu tidak mudah? Kita perlu berdoa meminta bantuan
Yehuwa dan melakukan apa yang dicatat di Roma pasal 12. Mari baca bersama apa yang Yehuwa
katakan di ayat 15, ”Bergembiralah bersama orang yang bergembira, dan menangislah bersama orang
yang menangis.” Coba pikirkan mana yang lebih sulit. Biasanya, mudah ya untuk menangis
bersama orang yang menangis? Mungkin ada yang baru tahu dia sakit
kanker, atau orang yang dia sayangi meninggal. Kita ikut sedih. Tapi, kadang sulit untuk bergembira
bersama orang yang bergembira. Mereka mungkin menerima atau
mengalami suatu hal yang baik. Tapi kita tidak. Sebagai contoh, ada seorang penatua
yang sangat senang karena dia diberi sebuah tugas di
kebaktian regional. Kita sudah lama ingin mendapat
tugas itu, tapi kita tidak menerimanya. Apakah kita akan bergembira
bersama saudara kita yang sedang bergembira ini? Dan, bukan hanya pura-pura bahagia
padahal dalam hati kita iri. Dengan bantuan Yehuwa, kita bisa
benar-benar bergembira bersama dia. Kita bisa berupaya mengubah sikap kita. Sebenarnya, satu-satunya perasaan
yang lebih kuat daripada iri hati adalah kasih. Kita bisa hancurkan perasaan iri dengan kasih. Selanjutnya, ”orang yang punya
kasih ... tidak membanggakan diri.” Kalau kita mengejar kasih, kita akan
berupaya keras untuk tidak meninggikan diri kita
waktu berbicara. Kita tidak akan sering menggunakan
kata ”saya” atau ”aku” Kita tidak mau menganggap diri kita terlalu penting. Jadi kita mengarahkan perhatian
kepada orang lain dan terutama kepada Allah kita, Yehuwa. Lalu, ”orang yang punya kasih...
tidak menjadi sombong.” Ini ada hubungannya dengan membanggakan diri. Karena biasanya orang yang
sombong suka membanggakan diri, kan? Tapi menurut Saudara, apakah mungkin menjadi sombong
tapi tidak membanggakan diri? Ya! Kita bisa menganggap diri kita terlalu penting tapi tidak menunjukkannya lewat
kata-kata atau tindakan kita. Tapi mengapa sikap ini juga tidak pengasih? Karena orang lain bisa merasakannya. Sikap itu akan tetap kelihatan dengan
satu atau lain cara. Dan ini tidak membangun tapi
menjatuhkan orang lain. Yehuwa bisa lihat sikap itu dalam hati kita dan Dia tidak akan memberkati kita. Jadi, ini yang Yehuwa ingin kita lakukan. Mari kita baca Roma pasal 12, kali ini ayat yang ketiga. Yehuwa mengatakan,
”Saya memberi tahu kalian semua agar tidak menilai diri kalian lebih
tinggi daripada yang sebenarnya.” Jadi Yehuwa berkata bahwa kita
bahkan tidak boleh menilai atau berpikir seperti itu tentang diri
kita sendiri. Kita harus rendah hati. Berikutnya, ”orang yang punya
kasih ... tidak berlaku tidak sopan.” Nah, ada perbuatan tidak sopan yang
parah, misalnya perbuatan cabul. Tapi ada juga yang tidak terlalu parah, misalnya kurang sopan santun. Kita pasti tidak mau bersikap
kurang sopan, bukan? Terutama sebagai anggota Betel, kita
mau menunjukkan sopan santun dengan sering mengucapkan kata
”terima kasih” dan ”tolong”. Kita juga membukakan pintu untuk orang lain, selain itu kita bisa membiarkan
orang lain memilih lebih dulu. Kalau kita bertemu dengan saudara-saudari kita di lorong, kita menyapa mereka dengan hangat. Kita tidak mau terlalu sibuk dengan
alat elektronik kita. Jadi kita bersikap sopan waktu
berhubungan dengan mereka. Kemudian, ”orang yang punya kasih ... tidak cepat marah.” Nah, misalnya, kita sedang menyetir mobil. Saat lampu lalu lintasnya merah, kita berhenti. Begitu lampunya hijau, orang di
belakang kita membunyikan klakson, dan menyuruh kita cepat maju. Apakah ini membuat kita jadi marah? Apakah kita malah sengaja
berlambat-lambat untuk membalas orang itu? Ingatlah, orang yang punya kasih
tidak cepat marah. Satu hal lagi, ”orang yang punya
kasih ... tidak menyimpan kekesalan.” Apakah ini artinya kita harus
benar-benar melupakan hal buruk yang orang lain lakukan kepada kita? Tidak. Catatan kaki ayat itu menulis, kita ”tidak mencatat kerugian.” Jadi kita seolah-olah menghapus
utang mereka kepada kita. Kita mungkin ingat apa yang mereka lakukan, tapi dalam hati, kita sudah memaafkan. Kita sudah hapus utangnya. Kita sudah bahas 6 cara untuk
menunjukkan kasih. Nah, ada PR untuk Saudara. Silakan cari tahu lebih banyak
tentang 10 hal sisanya. Tapi jelas, kita memang harus
mengejar kasih. Semua cara untuk menunjukkan
kasih yang tadi kita bahas tidak mudah untuk dilakukan. Seperti kupu-kupu tadi berusaha
menjauh dari anak kecil, kasih berusaha menjauh dari kita. Tapi dengan bantuan Yehuwa, kita bisa mengejarnya. Kita harus terus lakukan itu. Sampai kapan? Sampai kita menjadi sempurna dan
tidak perlu lagi mengejar kasih. Seperti Yehuwa dan Yesus, kita bisa
menunjukkan kasih dengan mudah. Tapi sampai itu terjadi, 1 Korintus 13: 4-8 menunjukkan
caranya kita bisa mengejar kasih.

Sunday, August 11, 2019

Ibadah Pagi Alex Reinmueller: Pandangan yang Seimbang Terhadap Perasaan Bersalah (2 Sam. 12:13)

Seorang saudara merasa bersalah karena
hal-hal yang dia lakukan sebelum dibaptis. Seorang ayah merasa bersalah karena
anaknya meninggalkan kebenaran. Seorang saudari merasa bersalah karena
menceraikan suaminya yang tidak setia. Apa persamaannya? Mereka semua merasakan perasaan
bersalah yang tidak perlu. Ada seorang komedian yang bilang, ”Agama itu terdiri dari perasaan bersalah
dan hari-hari raya.” Mengapa orang yang beragama
sering merasa bersalah? Apakah itu ada manfaatnya? Alkitab mengaitkan perasaan bersalah
dengan hukum, dosa, dan pelanggaran. Mari kita buka Galatia 3:19, dan perhatikan apa pengaruh Hukum Musa
terhadap orang-orang Israel. Paulus berkata,
”Jadi, untuk apa hukum Taurat itu? Hukum itu ditambahkan untuk menunjukkan
adanya pelanggaran.” Jadi setiap hari, hukum Taurat mengingatkan
hamba Allah bahwa mereka berdosa. Hukum Yehuwa itu sempurna, dan tidak ada
yang bisa menaati itu sepenuhnya. Jadi, orang Israel tidak bisa lepas dari
perasaan bersalah. Nah, mengapa Yehuwa memberi hukum untuk
membuat mereka merasa bersalah? Setidaknya ada tiga alasan. Pertama, kita memang seharusnya merasa
bersalah kalau melakukan kesalahan. Kita jadi ingat bahwa Yehuwa adalah Penguasa
Alam Semesta dan standar-Nya selalu benar. Ini juga menunjukkan bahwa hati nurani
kita bekerja dengan baik. Yang kedua, terus terang, kadang
kita memang belum berbuat salah, tapi kita mungkin ingin melakukannya. Pada saat seperti itu, perasaan bersalah
bisa membantu kita. Itu seperti rasa sakit yang tubuh kita rasakan yang bisa menyadarkan kita untuk mencari
pengobatan sebelum terlambat. Begitu juga, perasaan bersalah
bisa menyadarkan kita akan bahaya moral dan rohani
yang perlu kita hindari. Dan yang terakhir, kalau seseorang mengakui kesalahannya,
ini akan membantu dia dan orang yang dia sakiti. Dia bisa merasa lega karena Yehuwa
mengampuni dia. Dan karena dia rela meminta maaf, orang yang dia sakiti pun bisa merasa dikasihi. Sayangnya, kita bisa merasa bersalah
meski tidak berbuat salah. Perasaan bersalah yang tidak perlu ini sering
membuat orang-orang merasa tertekan dan menghukum diri mereka sendiri. Jadi, mari kita bahas tiga situasi di mana
perasaan bersalah yang tidak perlu bisa membuat kita merasa tidak berdaya, dan apa yang bisa kita lakukan untuk
menyingkirkannya. Situasi yang pertama adalah saat kita
terus-menerus merasa bersalah karena kesalahan yang pernah kita lakukan. Kita sudah bertobat dan bahkan sudah diampuni, tapi kita tetap tidak bisa memaafkan diri sendiri. Jadi kita pikirkan itu terus, dan kita mulai kehilangan sukacita
serta semangat. Apa yang bisa kita lakukan? Coba ingat Rasul Paulus. Kadang, kesalahannya di masa lalu
membuat dia sedih. Bagaimana dia mengatasinya? Jawabannya ada di 1 Korintus 15:9, 10. Sebelum dibaptis, Paulus menganiaya
saudara-saudara Kristus. Dia bahkan menyetujui pembunuhan Stefanus. Coba bayangkan bagaimana perasaan Paulus
saat dia teringat akan hal-hal itu. Perhatikan apa yang dia katakan di ayat 9. ”Saya ini paling rendah di antara semua rasul,
dan tidak pantas disebut rasul, karena saya dulu menganiaya sidang jemaat Allah.” Nah seperti Paulus, kalau Saudara
punya tanggung jawab di sidang, perasaan tidak berharga seperti ini bisa
membuat Saudara kecil hati. Setan berusaha membuat Saudara ragu apakah Yehuwa masih senang kepada Saudara. Dia sering melakukan ini saat Saudara dalam keadaan yang paling lemah, yaitu saat Saudara sedang merasa kecil hati
karena kesalahan Saudara. Tapi Paulus tidak membiarkan perasaan ini
mengalahkan dia. Dia tidak menyerah. Perhatikan ayat 10, ”Saya bisa seperti sekarang karena kebaikan
hati Allah yang luar biasa. Kebaikan hati-Nya kepada saya itu tidak sia-sia, karena saya bekerja lebih keras
daripada mereka semua. Meski begitu, semua ini bukan karena upaya saya,
tapi karena kebaikan hati Allah kepada saya.” Jadi Paulus tahu Yehuwa mau menerima
dia apa adanya. Paulus juga tahu bahwa dia tidak bisa
mengubah masa lalunya, meski dia sangat ingin melakukan itu. Dia menerima kebaikan hati Allah yang luar biasa dan mau digunakan oleh Yehuwa. Seperti Paulus, kita sudah bertobat dari dosa-dosa kita. Dan, kita sudah berbicara kepada
para penatua jika perlu. Jadi kita juga bisa yakin bahwa Yehuwa
akan berbelaskasihan kepada kita. Mengapa? Karena Yehuwa berjanji
Dia akan mengampuni dengan murah hati. Kita bisa yakin Yehuwa sudah
benar-benar mengampuni kita. Nah, sekarang situasi kedua yang bisa jadi
membuat kita merasa bersalah. Kita mungkin merasa bersalah karena berpikir
seharusnya kita bisa berbuat lebih banyak untuk membantu orang lain. Mereka yang merawat orang lain
sering merasa seperti ini. Mereka kadang merasa bersalah, meski sudah berbuat sebisa-bisanya. Seorang saudari yang merawat orang tuanya
yang sudah lanjut usia berkata, ”Sulit sekali untuk bilang ke mereka bahwa saya
tidak bisa lagi merawat mereka sendirian.” Kalau kita merasa seperti itu, apa yang bisa membantu? Menurut Pengkhotbah 7:16, ada hal yang tidak boleh kita lakukan. ”Jangan terlalu saleh, atau menunjukkan dirimu luar biasa berhikmat, supaya kamu tidak menghancurkan dirimu sendiri.” Dengan kata lain, jangan jadi orang yang perfeksionis. Kalau tidak hati-hati, keinginan kita
untuk melakukan yang terbaik bisa berubah menjadi keinginan yang
tidak masuk akal. Kita jadi ingin melakukan semuanya
dengan sempurna. Kalau kita berusaha untuk berbuat lebih dari
apa yang bisa atau harus kita lakukan, kita akan gagal dan kecewa. Misalnya, ada yang berpikir bahwa dengan
merawat orang tua, mereka bisa membalas semua kebaikan
orang tua mereka. Tapi, kalau kita berpikir seperti itu, kita akan selalu merasa bersalah karena kita tidak bisa benar-benar membalas
semua kebaikan orang tua kita. Kalau kita merawat mereka hanya karena
merasa bersalah, kita akan kelelahan dan malah tidak bisa merawat mereka
dengan baik. Jadi, apa yang bisa kita lakukan? Kita bisa minta bantuan dari anggota
keluarga, teman, tetangga, atau bahkan menggunakan jasa perawat. Tapi kita harus mau meminta bantuan, dan kita perlu terus terang saat melakukannya. Jangan merasa sungkan. Sebenarnya, mungkin kita tidak sadar bahwa
ada banyak orang yang mau membantu kita kalau kita minta bantuan mereka. Dan situasi yang terakhir, kita mungkin merasa bersalah karena kita
merasa telah melakukan suatu kesalahan yang sebenarnya tidak kita lakukan. Misalnya, putri saudari Theresa meninggal
karena kecelakaan lalu lintas. Saudari Theresa bilang, ”Saya merasa bersalah karena saya minta
tolong dia untuk pergi malam itu.” Ada juga saudari lain yang bilang,
”Waktu bercerai, kita bisa merasa sangat bersalah meski sebenarnya bukan kita
penyebab perceraiannya.” Apa yang bisa kita lakukan jika kita punya
perasaan seperti itu? Pertama, jangan pendam perasaan itu sendirian. Ceritakan kepada teman yang mau mendengarkan. Percayalah kepada mereka kalau mereka bilang
bahwa perasaan bersalah kita itu wajar, khususnya sewaktu kita berduka. Lalu yang kedua, ingatlah bahwa kita tidak bisa
mengatur kehidupan orang lain, meski kita sangat menyayangi dia. Ingat apa yang dikatakan Pengkhotbah 9:11. Ini berlaku untuk kita semua. ”Aku melihat hal lain lagi di bawah matahari,
bahwa yang cepat tidak selalu menang lomba, yang kuat tidak selalu menang perang,
yang berhikmat tidak selalu punya makanan, yang pintar tidak selalu menjadi kaya, dan yang punya pengetahuan tidak
selalu menjadi sukses, karena semuanya terpengaruh oleh waktu
dan kejadian yang tidak terduga.” Jadi, ada hal-hal yang berada di luar kendali kita dan ini bukan salah kita. Jangan cepat-cepat merasa bersalah. Belum tentu itu kesalahan kita. Bicaralah kepada seorang teman yang bisa dipercaya dan berfokuslah pada masa depan. Kalau kita terus memikirkan hal-hal
yang tidak bisa kita ubah, kita akan terus merasa bersalah. Jangan biarkan perasaan bersalah
yang tidak perlu mengendalikan hidup Saudara. Jadi kesimpulannya, perasaan bersalah bisa dan
seharusnya menggerakkan kita untuk mengakui kesalahan dan bertobat. Tapi perasaan bersalah yang
tidak perlu itu berbahaya karena bisa membuat kita merasa tidak berdaya dan kita pun tidak bisa memberikan yang
terbaik untuk Yehuwa. Jangan biarkan itu terjadi. Berfokuslah pada apa yang bisa
kita lakukan sekarang dan berkat-berkat di masa depan.