Sunday, December 30, 2018

Samuel F. Herd: Mendekatlah kepada Yehuwa (Yak. 4:8)

Pernahkah kalian mendengar seorang saudara memanjatkan doa,
dan doa tersebut sangat menyentuh hati,
mungkin karena pilihan katanya bagus, atau cara dia menyampaikan doa tersebut?
Kita bisa jadi berpikir,
’Seandainya saya bisa berdoa kepada Yehuwa seperti itu.’
Mungkin cara kita berdoa tidak seperti itu.
Mungkin karena pendidikan yang terbatas, kita tidak terpikir kata-kata yang indah saat berdoa.
Tapi sebenarnya yang penting untuk Yehuwa adalah hati kita.
Saat kita mencurahkan isi hati kita kepada Yehuwa,
Dia akan mendengarkan dan memberkati kita sama seperti Dia memberkati mereka
yang berdoa dengan kata-kata yang bagus.
Jadi, jangan khawatir.
Berdoalah kepada Yehuwa dari hati.
Bukan kata-kata kita yang penting, tapi hati kita.
Kita bisa dekat dengan Yehuwa, sama seperti mereka yang kita kagumi doa-doanya.
Dan tidak salah mengagumi saudara atau saudari yang doanya bagus.
Tapi, itu bukan hal utama yang dilihat Yehuwa.
Doa kita harus berasal dari hati.
Dengan begitu, itu akan menyenangkan Yehuwa.
Perhatikan apa yang dicatat dalam Alkitab di 1 Samuel 16:7.
Dikatakan, ”Tapi Yehuwa berkata kepada Samuel,
’Jangan melihat penampilannya dan tingginya, karena bukan dia yang Kupilih.
Cara manusia melihat berbeda dengan cara Allah,
karena manusia melihat apa yang terlihat oleh mata, tapi Yehuwa melihat hati.’”
Ayat yang bagus ini menyadarkan kita
bahwa cara kita melihat belum tentu sama dengan cara Yehuwa.
Yang Yehuwa lihat adalah hati kita.
Saya ingin ceritakan sesuatu.
Ini tentang seorang saudara yang saya kenal
saat saya menjadi pengawas wilayah bertahun-tahun lalu.
Waktu itu, kami sedang makan malam bersama.
Istrinya yang memasak, tapi istrinya bukan Saksi.
Saudara ini sangat baik, dan dia melayani sebagai penatua.
Jadi saya tanya dia,
”Apa pekerjaan Brur sebelum mengenal kebenaran?”
Dia jawab, ”Dulu, saya dibayar untuk berdoa.
Para pastor di kota saya menyewa saya setiap hari Minggu untuk berdoa di gereja mereka.”
Dia menambahkan, ”Saya ahli dalam berbicara.
Suara saya berat dan saya pintar memilih kata-kata.
Hasilnya, jemaat gereja jadi membuka lebar-lebar dompet mereka dan menyumbang lebih banyak.
Setelah itu, sang pastor akan membagi dan memberi saya sebagian hasil sumbangan.
Pekerjaan ini menghasilkan banyak uang.
Dibayar untuk berdoa.”
Setelah mendapat kebenaran, dia sadar bahwa pekerjaan itu tidak baik.
Tapi, doa saudara ini masih tetap menyentuh hati.
Dan doa memang seharusnya begitu.
Ayat hari ini membahas tentang mendekat kepada Yehuwa.
Dan salah satu cara utamanya adalah melalui doa.
Entah kita berlutut atau berdiri, atau berbaring, Dia tetap mendengarkan.
Dia juga mendengarkan doa dalam hati.
Kita bisa berdoa dalam situasi apa pun.
Jika itu berasal dari hati kita, Yehuwa akan dengar.
Tentu saja, kita harus berdoa dengan cara yang benar.
Bertahun-tahun lalu, ada sebuah acara dalam kunjungan pengawas wilayah.
Acara itu bernama ”Mempelajari Hal Baru”.
Acara itu sudah berganti nama menjadi ”Berpeganglah pada Apa yang Sudah Kalian Pelajari”.
Waktu itu saya adalah pengawas wilayah, dan acara itu diadakan pada Sabtu sore.
Salah satu pertanyaan saya adalah,
’Sewaktu berdoa, kita akan berdoa dalam nama Yesus.
Tapi, apakah bagian itu harus selalu di akhir doa?
Atau bisa di awal, atau di tengah doa kita?’
Ada berbagai jawaban!
Akhirnya, kami berikan jawaban yang benar.
Di akhir pertemuan, saya minta seorang saudara yang matang untuk berdoa.
Dan dia secara tidak sengaja malah berdoa kepada Yesus.
Saya tanya, ”Kenapa doanya kepada Yesus?”
Dia bilang, ”Saya jadi bingung harus bagaimana doanya.”
Jadi istri saya, Gloria, berkata,
”Tolong lain kali jangan bahas itu lagi di acara ’Mempelajari Hal Baru’.”
Nanti jadi benar-benar belajar sesuatu yang baru.
Saya bilang ke sidang itu, ’Anggap saja kita tidak bahas apa-apa.’
Meski begitu, kami rasa Yehuwa tetap dengar doa tersebut.
Dia memaklumi kita, persembahan kita, kemampuan kita, dan sebagainya.
Tapi, kita pasti tidak akan sengaja berdoa kepada Yesus dan mengabaikan Yehuwa.
Kita tidak berhak menilai atau menghakimi apakah doa seseorang akan diterima Yehuwa atau tidak.
Kadang, kata-kata yang keluar dari mulut berasal dari pikiran,
tapi kadang kata-kata itu berasal dari hati.
Tanyai diri sendiri,
’Apakah sewaktu berdoa kepada Yehuwa, kata-kata saya berasal dari hati atau dari pikiran?’
Saat berbicara kepada Yehuwa, kita mau agar kata-kata kita keluar dari hati,
kata-kata yang seperti ”dibumbui dengan garam”.
Kata Alkitab, ”menyenangkan”, kata-kata yang baik dan penuh respek.
Ayub berdoa di Ayub 1:21.
Doanya sangat singkat, tapi dari hati, dan Yehuwa mendengarkan.
Jelaslah, Yehuwa selalu menyertai Ayub.
Kalau Yehuwa tidak menyertainya, Ayub pasti jauh lebih menderita lagi, bukan?
Dan inilah doa Ayub,
”Tanpa apa-apa aku lahir dari perut ibuku, tanpa apa-apa aku akan kembali.
Yehuwa telah memberi, Yehuwa telah mengambil.
Terpujilah nama Yehuwa selalu.”
Sungguh indah, bukan?
Di 1 Raja 3:6-10,
Salomo juga memanjatkan doa yang indah.
Karena panjang, kita tidak akan baca.
Saat kita butuh bantuan, berdoalah kepada Yehuwa dari hati,
seperti yang dilakukan Asa.
Sewaktu Asa meminta Yehuwa membantunya,
saat pasukannya yang hanya sedikit menghadapi satu juta pasukan musuh,
Yehuwa mendengarkan doa tersebut.
Asa mendekat kepada Yehuwa, dan Yehuwa mendekat kepada Asa.
Hasilnya, pasukan Etiopia pun melarikan diri.
Mengapa?
Karena Asa mendekat kepada Yehuwa.
Itu sebabnya, kita juga mau mendekat kepada Yehuwa.
Cara lain untuk mendekat kepada Yehuwa adalah dengan merenung.
Kita mau pikirkan apa yang kita doakan.
Kita akan belajar dari domba.
Domba punya empat bagian dalam lambungnya.
Jadi, perlu waktu lama untuk mencerna makanan.
Kadang, yang kita pelajari juga perlu waktu lama untuk bisa dicerna,
dan perenungan adalah cara kita mencernanya.
Kadang, kita juga perlu tanya orang lain.
Misalnya, ”Bagaimana menurut Brur?
Apa yang Brur pahami dari hal ini? Apa manfaatnya?”
Mereka bisa membantu kita.
Jadi, doa dan perenungan.
Dua hal ini adalah kunci yang ingin kita upayakan agar kita bisa mendekat kepada Yehuwa.